Jumat, 15 April 2016

Manusia dalam Cinta Kasih, Keindahan dan Kesusastraan



Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
            Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benfdayang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan teknologi, social, dan budaya. Karean itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan. Waktu dan tempat, selera dan mode, kedaerahan atau local.
            Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis besar estetika”. Menurut asal katanya, dalam Bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful” dalam bahasa Perancis “beau”, sedangkan Italia dan Spanyol “bello”berasal dari kata latin “bellum”. Akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjdi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga “bellum”.
            Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering sipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni : keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
            Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang  didalamnya tercakup pula kebaikan. Bangsa Yunani mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebut ‘symmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (music). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya  meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual.
            Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang di serapnya. Sedangkan keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserapnya dengan penglihata, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
            Beberapa beranggapan jika kita berbicara soal seni pada karya sastra, maka yang akan kita bahas tidak jauh-jauh dari aspek kebahasaanya. Teeuw menyatakan bahwa dalam melihat karya sastra sebagai seni tidak hanya terdapat pada bahasanya, tetapi juga pada unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut karena pada tiap-tiap unsur kesusastraan terkandung nilai-nilai keindahan. Keindahan yang terdapat pada karya sastra merupakan salah satu aspek kesenian yang menonjol dan sering menjadi bahan perbincangan para kritikus sastra. Keindahan dalam karya sastra meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat yang memberikan pemuasan terhadap panca indera. Di samping itu keindahan yang dimaksudkan dalam karya sastra juga dapat berupa bentuk-bentuk keindahan yang berhubungan langsung dengan pemikiran dan batin manusia, karena karya sastra dinilai sebagai hasil karya yang berasal dari kehidupan manusia kemudia direpresentasikan kembali dengan penggunaan bahasa-bahasa khusus dan indah yang menimbulkan efek tertentu bagi para pembacanya.
            Selain tiga konsep keindahan tersebut, terdapat aspek-aspek keindahan yang menjadi pokok pembicaraan pada penelitian kesusastraan. Ketiga aspek itu antara lain: aspek ontologis (melihat karya seni sebagai pembayangan kekayaan dan kekuasaan tuhan), aspek imanen (nilai-nilai keindahan yang terungkap dalam kata-kata yang digunakan dalam membangun karya sastra),aspek psikologis (nilai seni yang berefek langsung kepada pembacanya, apakah dengan membuat pembaca karya sastra tersebut merasa heran, birahi, suka, lupa, dan sebagainya).

referensi:



MANUSIA DAN KESUSASTRAAN



 Ilmu budaya dasar, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. The humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus. Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Seni termasuk sastra yang memegang peranan penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti pada filsafat atau agama. Dibanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti ilmu bahasa, seni memegang peranan penting. Karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya normatif.
Pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat mempergunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak.  

referensi: