Kamis, 23 Juni 2016

Manusia Tanggung Jawab, Harapan, dan Kenyataan



         Tangggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran atau kewajibannya. Timbulanya tanggung jawab itu karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesame manusia dan lingkungan. Tanggung jawab sudah menjadi bagaian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab dilihat dari dua sisi, yaitu dari pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.


            Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab(berbudaya). Manusia meras bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya, dan menyadari bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditemput usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tanggung jawab dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya sebagai berikut:

  • Tanggung jawab terhadap diri sendiri
  •  Tanggung jawab terhadap keluarga
  • Tanggung jawab terhadap masyarakat
  • Tanggung jawab kepada Negara/Bangsa
  • Tanggung jawab terhadap Tuhan

           Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan. 

Penyebab Manusia Mempunyai Harapan

           Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial. Setiap lahir kedunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.

           Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa tebahak-bahak. Apbaila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal.
           Dorongan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Pada hakikatnya harapan adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mneurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia ialah: 
  • Kelangsungan Hidup (Survival).
  • Keamanan (Safety)
  • Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai ( Be Loving and Love).
  • Diakui Lingkungan (Status).
  • Perwujudan cita-cita (Self Actualization).
Kenyataan

Kecemasan obyektif/kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan sesorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada di dekat dengan benda- benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya. Misalnya, ketakuatn terhadap kegelapan mungkin merupakan pembawaan dari generasi sebelumnya. Rasa ketakutan atau kecemasan ini lebih mudah diperoleh selama masih bayi atau kanak- kanak, karena organisme yang masih muda lemah dalam menghadapi bahaya- bahaya dari luar dan sering kali dikuasai oleh ketakutan egonya belum berkembang sampai titik, dimana organisme dapat menguasai rangsangan- rangsangan yang jumlahnya berlebihan. Itulah sebabnya kita perlu melindungi anak yang masih kecil terhadap pengalaman-pengalaman traumatic (pengalaman kecemasan).

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar